Selasa, 02 Oktober 2012

Akuntansi Perbankan


Konsep Dasar Akuntansi Keuangan

  1.      Asas Going Concern (Kesinambungan)
Going Concern adalah kesinambungan , artinya bahwa perusahaann sebagai alat dari badan usaha dalam  mencari laba , diasumsikan akan terus berkelanjutan dalam menjalankan usahanya. Jadi perusahaan tidak hanya sekali proses namun terus berproses secara berkesinambungan.
Asumsi kelangsungan usaha ini maksudnya dalam menyusun atau memahami financial statement harus dianggap bahwa perusahaan yang dilaporkan akan terus beroperasi di masa yang akan datang, tidak ada sama sekali asumsi bahwa perusahaan akan bubar. Nilai kekayaan perusahaan dianggap hidup terus atau going concern tidak akan sama dengan nilai kekayaan perusahaan yang akan dilikuidasi

  2.      Business Entity (Entitas atau kesatuan usaha)
Merupakan Konsep Dasar Akuntansi Menurut Paton dan Littleton. Bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu  kesatuan atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam  perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi.

  3.      Periode Akuntansi
Kegiatan perusahaan dipisahkan dalam periode-periode. Penyajian informasi berupa laporan keuangan dibuat secara berkala akan membantu pihak yang berkepentingan dalam mengambil suatu keputusan. Misalnya per tahun, triwulan atau semesteran.
Laporan keuangan (financial statement) menyajikan informasi untuk suatu tanggal tertentu (seperti balance sheet) dan priode waktu tertentu ( seperti: income statement, changes of capital statement, retained earning statement, dan  cashflows statement)

  4.      Unit Moneter
Unit moneter artinya satuan uang seperti di Indonesia adalah rupiah (Rp).Akuntansi menggunakan unit moneter sebagai alat pengukur suatu objek atau aktivitas perusahaan dan menganggapbahwa nilai uang itu stabil dari waktu ke waktu. Konsep unit moneter menghendaki bahwa yang dicatat oleh akuntansi hanyalah data transaksi yang dapat dinyatakan dalam satuan moneter.

  5.      Historical Cost (Biaya Historis)
Dalam menentukan jumlah yang haruis dicatat dan dilaporkan mengenai berbagai macam aktiva dan utang perusahaan menggunakan prinsip biaya historis atau harga perolehan kebaikan dan metode ini adalah adanya unsur kepastian, sedangkan kelemahannya adalah jika tingkat harga mengalami perubahan, sehingga tidak dapat dibandingkan dengan yang berlaku pada periode berikutnya.

  6.      Matching (Penanding)
Untuk menentukan laba yang tepat dan obyektif, pendapatan hendaknya dikurangi dengan biaya yang dianggap telah menghasilkan pendapat tersebut. Matching konsep diperlukan karena:
  • Penentuan income secara berkala.
  • Transaksi mengenai revenue dan expenses dilaporkan secara terpisah.
  • Saat penggunaan barang dan jasa biasanya tidak bersamaan dengan saat penjualan produk perusahaan.
Pencatatan matching concept ada 2 golongan :
  • Direct (product) matching: cost diakui sebagai expenses pada saat revenue direalisasikan/diakui, penghubung antara cost barang dan jasa yang digunakan daqlam waktu pelaporan revenue yang berkaitan.
  • Indirect (period) matching: cost diakui sebagai expenses bukan pada saat revenue direalisasi/diakui terapi pada saat cost tersebut digunakan pada periode yang bersangkutan (pelaporan exepeses dalam periode barang dan jasa dipakai bukan dalam periode revenue yang bersangkutan diakui)

  7.      Konsistensi (Consistency)
Bahwa kalau tidak ada penjelasan atau keterangan yang menyatakan sebaliknya, akuntansi menganggap bahwa laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip, standar, metode atau praktik yang sama dengan tahun sebelumnya. Menyatakan bahwa peristiwa peristiwa serupa harus dicatat dan dilaporkan dengan cara yang konsisten dari periode ke periode.

  8.      Objektivitas
Bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (keabsahannya/keautetikannya).
Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data akuntansi. Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relatif yaitu objektivitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersedianya informasi pada waktu tersebut.

  9.      Materiality (Materialitas)
Bahwa akuntansi hanya melaporkan atau berkepentingan dengan informasi keuangan yang dianggap material (penting) dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan.

  10.  Conservatism (Konservatisme)
Bahwa dalam keadaan ketidak pastian , akuntasi akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntasi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan

  11.  Transparansi
Dalam penyajian laporan keuangan harus jelas sehingga tidak ada keraguan dalam penggunaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar