Senin, 03 Desember 2012

Memo


Definition of Memo …
A memorandum or memo is a document or other communication that helps the memory by recording events or observations on a topic, such as may be used in a business office. The plural form is either memoranda or memorandums. A memorandum may have any format, or it may have a format specific to an office or institution. In law specifically, a memorandum is a record of the terms of a transaction or contract, such as a policy memo, memorandum of understanding, memorandum of agreement, or memorandum of association. Alternative formats include memos, briefing notes, reports, letters or binders. They could be one page long or many. If the user is a cabinet minister or a senior executive, the format might be rigidly defined and limited to one or two pages. If the user is a colleague, the format is usually much more flexible. At its most basic level, a memorandum can be a handwritten note to one's supervisor.

Characteristic of Memo …
  1. The memorandum of association is the basic charter on which the company is based and is mandatory for a company
  2. The memorandum of association is the constitution of the company because it define its limitations and the sphere of its activities.
  3. The memorandum cannot be altered by the company,except by fulfilling the conditions laid down in the Companies Act for specific activities and situations
  4. It defines the scope of the company's activity,and all acts beyond the scope are deemed to be ultra vire
  5. Its a public document and is open to inspection by those who deal with the company
  6. It defines the company's relations with outside individuals and its activities in relation to them,

The Memo Heading

The distinctive element of the memorandum is its heading, which is used to frame the message in a very accessible and transparent manner.




The Memo Body

Generally, organize the topics of the memorandum in order of importance, with the key statements first and the details further on. The memorandum should normally begin with a brief summary statement, in one or two sentences, identifying the key topic and the scope of the memorandum.





Langkah-langkah dalam Penulisan Karya Ilmiah

Tahap Persiapan, Tahap Penulisan, Evaluasi


A. Tahap Persiapan
Di dalam tahap ini ada beberapa tahap yaitu :
  1. Menemukan masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam penelitian (didukung oleh latar belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah).
 Dalam pemilihan masalah/topik juga mempertimbangkan beberapa hal :
·         Harus topik yang paling menarik perhatian.
·         Terpusat pada segi lingkup yang sempit dan terbatas.
·         Memiliki data dan fakta yang obyektif.
·         Harus diketahui prinsip-prinsip ilmiahnya, meskipun serba sedikit.
·         Harus memiliki sumber acuan / bahan kepustakaan yang dijadikan referensi.
Dalam pembatasan topik/penentuan judul harus memperhatikan beberapa hal berikut :
·         Pembatasan topik harus dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah.
·         Penentuan judul dapat dilakukan sebelum penulisan karya ilmiah / setelah penulisan karya ilmiah selesai. Penentuan judul karya ilmiah : pertanyaan yang mengandung unsur 4W+1H yaitu What (apa), Why (mengapa), When (kapan), Where (dimana) dan How (bagaimana).
  1. Mengembangkan kerangka pemikiran yang berupa kajian teoritis
  2. Mengajukan hipotesis atau jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang akan dilakukan.
  3. Metodologi (mencakup berbagai teknik yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran, dan teknik analisis data)
Adapun Tahap Pengumpulan data :
·         Pencarian keterangan dari bahan bacaan / referensi.
·         Pengumpulan keterangan dari pihak-pihak yang mengetahui masalah.
·         Pengamatan langsung (observasi) ke obyek yang akan diteliti. Percobaan di laboratorium/ pengujian di lapangan.

B. Tahap Penulisan
Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai.
TAHAP PENULISAN :
1.      Tahap Prapenulisan
2.      Tahap Penulisan Draft
3.      Tahap Revisi
4.      Tahap Penyuntingan
5.      Tahap Publikasi

Ø Tahap Prapenulisan
-          Pemilihan dan Pembatasan Topik
-          Merumuskan tujuan
-          Mempertimbangkan Bentuk Karangan
-          Mempertimbangkan bentuk karangan
-          Mempertimbangkan pembaca
-          Mengumpulkan data pendukung
-          Perumusan judul
-          Perumusan tesis
-          Penyusunan ide dalam bentuk kerangka karangan atau outline.
Ø Pemilihan Topik
-          “Apa yang akan kita tulis?”
-          Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber
-          4 syarat : Keterkuasaian, Ketersediaan Bahan, Kemenarikan, Kemanfaatan.
-          Agar lebih focus, topik perlu diberi batasan.
Ø Tahap Penulisan Draft
-          Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar
-          Pengembangan ide masih bersifat tentative
-          Pada tahap ini, kensentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek mekanik
Ø Tahap Revisi
-          Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, panataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca.
-          Membaca ulang seluruh draft
-          Berbagi pengalaman tentang draft kasar karangan.
-          Merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar atau masukan.
Ø Tahap Penyuntingan
-          Memperbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan.
-          Memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.
-          Aspek mekanik antara lain : huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosa kata, format karangan.
-          Melengkapi yang kurang.
-          Membuang yang kurang relevan.
-          Menghindari penyajian yang berulang-ulang atau tumpang tindih (overlapping).
-          Menghindari pemakaian bahasa yang kurang efektif, misalnya dalam penulisan dan pemilihan kata, penyusunan kalimat, penyusunan paragraf, maupun penerapan kaidah ejaan.
Di samping itu penyajian juga merupakan tahapan penyuntingan. Teknik penyajian karya ilmiah harus memperhatikan:
  • Segi kerapian dan kebersihan.
  • Tata letak (layout) unsur-unsur dalam format karya ilmiah, misalnya halaman muka (cover), halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar gambar, daftar pustaka dan lain-lain.
  • Standar yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah, misalnya standar penulisan kutipan, catatan kaki (foot note), daftar pustaka & penggunaan Bahasa Indonesia sesuai EYD.

Ø Tahap Publikasi
-          Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain.
-          Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan dituju.

C. Evaluasi
            Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan,apabila dalam penilaian tidak tercapai maka perlu dicari penyababnya.





REFERENSI :

Selasa, 27 November 2012

Hipotesis (pengertian, fungsi, tahap pembentukan, jenis,ciri hipotesis yang baik)


Pengertian Hipotesis.

Pengertian Hipotesis Dalam Penelitian. Hipotesa berasal dari penggalan kata ”hypo” yang artinya ”di bawah” dan thesa” yang artinya ”kebenaran”, jadi hipotesa yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembangan menjadi Hipotesa.

Pengertian Hipotesa menurut Sutrisno Hadi adalah tentang pemecahan masalah. Sering kali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan.


Fungsi Penting Hipotesis :
  1. Untuk menguji teori
  2. Mendorong munculnya teori
  3. Menerangkan fenomena sosial
  4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian
  5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

Tahap-tahap Pembentukan Hipotesis.

1.      Penentuan Masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang sudah diketahui.[3] Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan perumusan yang tepat.[3] Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.

2.      Hipotesis Pendahuluan atau Hipotesis Preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan terarah.Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.
Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.[

3.      Pengumpulan Fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4.      Formulasi Hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta.

5.      Pengujian Hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan) terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa.
Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.

6.      Aplikasi/Penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.


Jenis-jenis Hipotesa

Menurut Suharsimi Arikunto, jenis Hipotesa penelitian pendidikan dapat di golongkan menjadi dua yaitu :

a.       Hipotesa Kerja, atau disebut juga dengan Hipotesa alternatif (Ha). Hipotesa kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y,  atau  adanya perbedaan antara dua kelompok.

b.      Hipotesa Nol (Null hypotheses) Ho. Hipotesa nol sering juga disebut Hipotesa statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Bertolak pada pemikiran diatas dapat penulis kemukakan bahwa dalam  penelitian ini penulis mengajukan hipotesis kerja dan hipotesis nihil (nol).

c.       Hipotesis Kerja (H1)Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Sinektiks lebih  efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa Penerapan  Model Sinektiks Terhadap Proses Belajar Bidang Studi Matematika Sub Pokok Bahasan Persamaan Linear ”.

d.      Hipotesis Nihil (H0) Pembelajaran Matematika dengan Penerapan Model Sinektiks tidak efektif dibandingkan dengan pembelajaran matematika tanpa Penerapan Model Sinektiks Terhadap Proses Belajar Bidang Studi Matematika Sub Pokok Bahasan Persamaan Linear ”.



Ciri-ciri Hipotesis yang Baik

  • Dinyatakan dalam Kalimat yang Tegas
  • Dapat diuji secara ilmiah.
  • Dasar dalam merumuskan hipotesis kuat.












REFERENSI


Metode Pengumpulan Data



Pengertian Data.

Kata data berasal dari DATUM yang berarti materi atau kumpulan fakta yang dipakai untuk keperluan suatu analisa, diskusi, presentasi ilmiah, atau tes statistik. Bila dilihat dari menurut asal sumbernya, data dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu data primer dan data sekunder. Sehingga dibutuhkan sebagai bahan analisa.

Menurut beberapa ahli :

  • Data adalah things known or assumed, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap
  • Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya.
  • Data adalah keterangn atau bukti mengenai suatu kenyataan yang masih mentah, masih berdiri sendiri-sendiri, belum diorganisasikan, dan belum diolah.
  • Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar sutu informasi.

Sumber-sumber Data.
         
Sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Berdasarkan sumbernya, data dibagi menjadi:

a. Data Primer: Data yang didapatkan langsung dari responden penelitian.
b. Data Sekunder: Data yang telah dikumpulkan oleh orang lain dan tidak dipersiapkan untuk kegiatan penelitian, tetapi dapat digunakan untuk tujuan penelitian.

Data Sekunder cenderung siap “pakai”, artinya siap diolah dan dianalisis oleh penelitian. Contoh Instansi penyedia data:

• Biro Pusat Statistik (BPS)
• Bank Indonesia
• Badan Meteorologi dan Geofisika

Keuntungan dari data sekunder :
1. Menghemat waktu dan uang
2. Dapat menjelaskan masalah

Kelemahan dari data sekunder:
1. Bias karena merupakan hasil interpretasi orang lain.

Data Primer membutuhkan perancangan alat dan metode pengumpulan data.

Keuntungan dari data primer :
1. Mencerminkan apa adanya
2. Efektif dalam menjawab research question

Kelemahan dari data primer:
1. Memerlukan waktu yang relatif lama
2. Membutuhkan biaya yang relatif besar


Identifikasi sumber data secara mudah dengan 3P :

• P = Person, sumber data berupa orang
• P = Place, sumber data berupa tempat
• P = Paper, sumber data berupa symbol


Metode Pengumpulan Data Penelitian:

a. Observasi
b. Wawancara
c. Kuesioner (Daftar Pertanyaan)
d. Pengukuran Fisik
e. Percobaan Laboratorium
           

1.     Observasi, Wawancara, Pengukuran Fisik dan Percobaan Laboratorium

Observasi atau pengamatan melibatkan semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau, perasa). Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik kemudian dituliskan sebagai skrip

Wawancara terbagi menjadi:
a. Wawancara tidak terstruktur
b. Wawancara terstruktur

Pengukuran Fisik  :

• Alat ukur harus dikalibrasi sebelum mulai melakukan pengukuran

• Alat ukur harus memenuhi standar penelitian

• Alat ukur harus mudah dijalankan dan dikendalikan

• Pengukuran memperhatikan kondisi yang disyaratkan dalam perumusan masalah(misalnya: suhu atau tekanan)

Perancangan Percobaan dan Penelitian dalam Laboratorium

• Sebelum melakukan percobaan laboratoium, dilakukan perancangan percobaan

• Dalam proses perancangan percobaan, unit penelitian dan perlakuan yang akandikenakan pada setiap unit penelitian direncanakan.

2.      Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden.
Jawaban responden atas semua pertanyaan dalam kuesioner kemudian dicatat/direkam. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara pasti data/informasi apa yang dibutuhkan dan bagaimana variabel yang menyatakan informasi yang dibutuhkan tersebut diukur.




Pengertian Variabel.

Ø     Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002)
·         Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu.

Ø     Sudigdo Sastroasmoro
·         Variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya.

Ø     Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)
·         Variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.


Jenis-jenis Variabel :

1)     Variabel Independen.
Variabel yang sering disebut Variabel Stimulus, Predictor, Variabel Pengaruh, Kausa, Treatment, Risiko atau Variabel Bebas.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel Eksogen atau variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Dependen (terikat). Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain.


2)    Variabel Dependen
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel Indogen. Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.


3)    Variabel Moderator
Variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat. Variabel Moderator disebut juga Variabel Independen Kedua.


4)    Variabel Intervening
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi Tidak Dapat Diamati dan Diukur.
Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang terletak diantara Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas tidak secara langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel Terikat.


5)    Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat membandingkan, melalui penelitian eksperimental.









REFERENSI