Selasa, 22 April 2014

NEGARA-NEGARA YANG HIPERINFLASI

PENGERTIAN INFLASI

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

PENYEBAB INFLASI

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).

JENIS INFLASI

·     Berdasarkan Asalnya :
    1. Inflasi dari dalam negeri : terjadi akibat defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal
    2. Inflasi dari luar negeri : terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

·   Berdasarkan Besarnya Cakupan Pengaruh Terhadap Harga :
   1. Inflasi Tertutup (Closed Inflation) : jika kenaikan  harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu.
    2. Inflasi Terbuka (Open Inflation) : jika kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum

·   Berdasarkan Keparahannya :
1.      Inflasi Ringan : kurang dari 10% per tahun
2.      Inflasi Sedang : antara 10% sampai 30% per tahun
3.      Inflasi Berat : antara 30% sampai 100% per tahun
4.      Hiperinflasi : lebih dari 100% per tahun

Berikut adalah negara-negara yang mengalami Hiperinflasi terburuk sepanjang sejarah:

1.     Hongaria

Inflasi terbesar pertama terjadi di Hongaria pada Agustus 1945 sampai Juli 1946. Tingkat inflasi harian di negara ini mencapai 207 % sehingga membuat harga berubah dua kali lipat setiap 15 jam. Ekonomi Honggaria hancur oleh Perang Dunia II. Karena status sebagai warzone, diperkirakan 40 % dari modal saham Hungaria hancur dalam konflik. Sebelum ini, negara ini telah berutang besar untuk memproduksi ahan bakar  untuk mendukung upaya perang Jerman, tapi Jerman tidak pernah mau utangnya dibayar dengan barang.
Ketika Hongaria menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sekutu pada 1945, ia diperintahkan untuk membayar perbaikan besar Soviet, yang menyumbang 25%-50 % dari anggaran Hungaria selama episode hiperinflasi negara ini. Sementara itu, kebijakan moneter negara pada dasarnya dikooptasi oleh Komisi Pengawasan Sekutu.

2.     Zimbabwe

Inflasi terbesar kedua terjadi di Zimbabwe pada Maret 2007 hingga November 2008. Tingkat inflasi harian negara ini mencapai 98 % membuat harga berubah dua kali lipat setiap 25 jam. Kisah hiperinflasi Zimbabwe didahului penurunan grinding panjang dalam output ekonomi yang mengikuti reformasi tanah Robert Mugabe tahun 2000-2001. Kondisi di mana tanah diambil alih sebagian besar dari petani kulit putih dan didistribusikan kepada penduduk mayoritas hitam. 
Ini menyebabkan jatuhnya 50% dalam output selama sembilan tahun berikutnya. Reformasi sosialis dan keterlibatan mahal dalam perang sipil Kongo menyebabkan pengeluaran anggaran pemerintah defisit. Pada saat yang sama, penduduk Zimbabwe menurun karena sebagaian besar meninggalkan negara itu. Kedua faktor yang berlawanan, di mana peningkatan pengeluaran pemerintah dan penurunan basis pajak menyebabkan pemerintah monetisasi defisit fiskal.

3.     Yogoslavia

Inflasi terbesar ketiga terjadi di Yugoslavia (Republika Srpska) pada April 1992 hingga Januari 1994 dengan tingkat inflasi harian mencapai 65 %. Kondisi ini membuat harga berubah dua kali lipat setiap 34 jam. Jatuhnya Uni Soviet menyebabkan peran internasional menurun kepada Yugoslavia, mantan pemain geopolitik utama yang menghubungkan Timur dan Barat dan partai komunis yang berkuasa, akhirnya datang di bawah tekanan yang sama seperti Soviet lakukan .
Hal ini menyebabkan pecahnya Yugoslavia menjadi beberapa negara etnis dan perang.  Dalam proses ini, perdagangan antara wilayah-wilayah bekas Yugoslavia ikut runtuh, demikian pula output industri. Pada saat yang sama, internasional melakukan embargo terhadap ekspor Yugoslavia, dan kian menghancurkan negara ini.

4.     Jerman

Hiper inflasi ke empat terjadi di Weimar, Jerman pada Agustus 1922 sampai Desember 1923. Di negara ini, tingkat inflasi harian mencapai 21% dan membuat harga berubah dua kali lipat setiap tiga hari 17 jam. Hiperinflasi yang dialami di Weimar Jerman pada awal tahun 1920 diikuti kekalahannya dalam Perang Dunia I beberapa tahun sebelumnya.  Sebagai akibat perang, Jerman diminta untuk membayar reparasi besar untuk para pemenang untuk menebus biaya yang dikeluarkan pihak yang menang.

5.     Yunani

Negara yang pernah mengalam hiperinflasi kelima adalah Yunani. Ini terjadi pada Mei 1941 hingga Desember 1945 dengan tingkat inflasi 18% mengakibatkan peningkatan harga dua kali lipat setiap empat hari dalam enam jam. Hiperinflasi dilatarbelakangi keseimbangan anggaran fiskal Yunani berayun dari surplus 271 juta dirham pada 1939 menjadi defisit 790 juta dirham pada 1940 karena Perang Dunia II yang membuat perdagangan luar negeri turun drastis. 

6.    China

Siapa sangka China yang kini masuk negara dengan perekonomian terkuat pernah mengalami hiperinflasi. Negara ini  mengalami hiperinflasi pada Oktober 1947 hingga Mei 1949 dengan tingkat inflasi 14%. Kondisi ini membuat harga meningkat dua kali lipat setiap lima hari, 8 jam. Hiper inflasi China terjadi setelah Perang Dunia II. Kala itu China terbagi oleh perang saudara. Nasionalis dan Komunis berjuang untuk mengontrol negara dan bersaing dalam proses memperkenalkan mata uang, meninggalkan sistem moneter China terfragmentasi di 1948

7.     Peru

Negara ketujuh yang mengalami hiperinflasi adalah Peru kurun Juli 1990 hingga Agustus 1990 dengan inflasi 5% membuat harga barang melonjak dua kali lipat setiap 13 hari, 2 jam.
Menurut sejarahnya, hiperinflasi terjadi karena pertempuran panjang. Ini menjadi inflasi kedua di abad ke-20. Selama paruh pertama tahun 1980-an, Presiden Peru pada masa itu Fernando Belaunde dihadapkan dengan kebijakan penghematan yang diberlakukan pemberi pinjaman IMF menyusul krisis keuangan Amerika Latin yang dimulai di awal dekade.

8.     Perancis

Perancis masuk menjad negara kedelapan yang pernah mengalami hiperinflasi. Kondisi itu terjadi pada Mei 1795 hingga November 1796. Inflasi harian Perancis mencapai 5% dan membuat harga berubah dua kali lipat setiap 15 hari, 2 jam. Sejarah tersebut berawal dari Revolusi Prancis (1789-1799) terjadi setelah periode Perancis telah berjalan sampai utang besar melawan perang, termasuk perang kemerdekaan AS dari Great. Satu dari kebijakan utama ekonomi Revolusi Perancis adalah nasionalisasi tanah yang sebelumnya dimiliki oleh Gereja Katolik. Gereja dipandang sebagai sasaran empuk bagi pengambilalihan aset karena mereka memiliki banyak tanah namun memiliki pengaruh politik yang relatif sedikit dalam pemerintahan rezim.

9.     Nikaragua

Negara terakhir yang mengalami hiperinflasi terburuk adalah Nikaragua, kurun Juni 1986 hingga Maret 1991 dengan tingkat inflasi harian mencapai 4%. Kondisi ini membuat harga meningkat dua kali lipat setiap 16 hari, 10 jam. Hiperinflasi dilatarbelakangi Revolusi Nikaragua yang menemukan Sandinista komunis berkuasa pada 1979, sehingga terjadi resesi global dan krisis keuangan di banyak negara Amerika Latin yang dipicu oleh rekor tingkat utang yang tinggi dan ketidakmampuan negara-negara untuk melayani orang-orang ekonomi Nikaragua.




SUMBER :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar