Selasa, 29 April 2014

Kondisi Ekonomi Negara Myanmar

MYANMAR



Myanmar merupakan Negara Kesatuan dengan nama resmi Union of Myanmar, yang terdiri dari State atau Division, Township dan Ward/Village. Terbagi atas 7 State (berdasarkan kelompok etnik minoritas) dan 7 Division (berdasarkan heterogenitas kelompok etnik yang hidup di daerah tersebut) dengan jumlah penduduk sekitar 54juta jiwa.
Myanmar merupakan salah satu negara berkembang. Dengan pemerintahan Junta Militernya di bawah State Peace and Development Council (SPDC) dengan Sr.Gen. Than Shwe sebagai pimpinan tertingginya sejak tahun 1997, yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan status sebagai “care-taker” Pemerintahan Peralihan yang menerapkan undang-undang darurat (Martial Law). Sejak kemerdekaan dari kolonialisme Inggris di tahun 1948 Myanmar terus menerus berada dalam keadaan atau situasi negara yang tidak menentu seperti terjadinya beberapa kudeta militer dalam lima dekade belakangan ini, masalah hak asasi manusia, masalah pertumbuhan ekonomi sampai masalah kemanusiaan saat Myanmar terkena topan Nargis di tahun 2008.
Myanmar merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya seperti minyak, mineral-mineral serta batu berharga, namun Myanmar merupakan negara dengan tingkat pendapatan perkapita yang cukup rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara. Dengan status sebagai negara berkembang yang memiliki tingkat pertumbuhan perekonomian rendah, namun Myanmar bukanlah negara yang lemah karena Myanmar memiliki kekuatan militer yang sangat kuat dan salah satu yang terbesar dan terkuat di Asia Tenggara.
Sebagai negara yang dikendalikan oleh militer, Myanmar senantiasa menjadi pusat perhatian dunia dan masyarakat internasional dengan berbagai isu global, serta berbagai pelanggaran yang dituduhkan kepadanya antara lain Hak Asasi Manusia (HAM), kerja paksa, demokrasi, dan perdagangan narkotika. Masalah keamanan dan pemerintahan Junta yang telah ada sejak tahun 1980an melatarbelakangi dikeluarkannya beberapa kebijakan embargo, baik embargo militer sampai embargo ekonomi, terhadap Myanmar. Embargo-embargo ini juga merupakan salah satu alasan terpuruknya pertumbuhan negara Myanmar ini. Dalam upaya mengatasi hal-hal tersebut, pemerintah berusaha melakukan kerjasama yang baik dengan ILO, UN Special Envoy, UN Special Rapporteur on Human Rights dan ICRC. Sementara upaya konflik perbatasan dengan Thailand juga terus dilakukan.


KONDISI EKONOMI MYANMAR

  • Pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Myanmar dimana sekitar 75% dari total penduduknya (54juta) bekerja pada sektor pertanian. Sektor utama lainnya adalah perdagangan, pertambangan dan industri.
  • Sejak tahun 1988, Myanmar menerapkan sistem pasar sebagai koreksi terhadap sistem sosialis yang dianggap tidak berhasil mengatasi pasar belum berjalan secara penuh karena adanya campur tangan pemerintah yang sangat dominan. Dan sejak tahun 1996 sampai saat ini Myanmar telah dikenakan sanksi embargo ekonomi oleh negara-negara barat.
  • Perkembangan ekonomi rakyat yang dilakukan pemerintah militer saat ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di segala bidang. Selama ini telah banyak dibangun infrastruktur ekonomi, seperti jembatan dan irigasi, rel kereta api, terminal kapal laut, pembangunan dan renovasi bandara, serta jalan raya.
  • Kualitas pertanian juga terus ditingkatkan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia dan teknologi pertanian agar dapat bersaing dengan hasil/produksi negara lain.
  • Disamping meningkatkan kesejahteraan rakyat, pembangunan ekonomi dimaksudkan juga untuk memperoleh legitimasi yang kuat dari rakyat Myanmar dan membentuk opini positif dari masyarakat internasional terhadap pemerintahan militer saat ini bahwa pemerintah telah berhasil dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.
  • Perdagangan dengan luar negeri dilakukan dengan berbagai cara, namun pemerintahan lebih suka melakukan perdagangan menggunakan cara barter dengan hasil pertanian, hal ini disebabkan karena terbatasnya “hard currency” sebagai akibat sanksi ekonomi negara-negara barat dan badan-badan keuangan internasional.
  • Dengan adanya sanksi tersebut, untuk memperkuat kondisi ekonomi dalam negeri Myanmar berupaya memperkuat kerjasama ekonominya dengan negara-negara ASEAN, China, India, Bangladesh, Jepang dan Korea Selatan. Hampir 50% perdagangan Myanmar dilakukan dengan negara anggota ASEAN, seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
  • Disamping adanya frustasi dari negara-negara ASEAN terhadap situasi politik dan masalah HAM di Myanmar, beberapa negara tetangga telah memperlihatkan minatnya untuk melakukan eksplorasi sumber-sumber energi yang dimiliki Myanmar dengan menanamkan modal yang sangat besar. Negara-negara tersebut adalah Malaysia, China, India, Korea Selatan, dan Thailand.
  • Nilai ekspor Myanmar ke nagara-negara lain selama periode 2005-2006 mencapai US$ 3.171,8 juta dengan produk andalan Myanmar yaitu beras, kacang-kacangan, ikan dan udang. Sedangkan untuk impor mencapai US$ 1.857,4 juta dengan produk seperti baja, mesin dan suku cadang kendaraan bermotor, semen, minyak mentah, bahan baku kimia, dan pupuk.
  • Dari total perdagangan tersebut, nilai ekspor Myanmar ke Indonesia selama periode 2006-2007 mencapai US$ 121,12 juta. Dengan demikian terjadi surplus perdagangan bagi Indonesia.



PELUANG PENETRASI PASAR MYANMAR

ANALISIS SWOT (Bagi Indonesia)

Strength (Kekuatan)

Pemerinlah Myanmar dewasa ini sedang berada di suatu persimpangan jalan untuk memperbaiki kondisi ekonomi dalam negerinya dan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi. Untuk itu, Myanmar memerlukan seorang "teman" yang betul-betul dapat diajak berkomunikasi (dua arah) untuk berbagi saran, pendapat dan pengalamannya sehingga  dapat membantu Myanmar keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Kelihatannya sampai saat ini Myanmar masih menganggap Indonesia  sebagai negara sahabat yang bisa dipercaya  dan didengar pendapat dan sarannya.

Weekness (Kelemahan)

Tidak terlibatnya pengusaha Indonesia secara langsung dalam lalu lintas barang lndonesia ke Myanmar sangat disayangkan karena harus melalui pihak ketiga seperti Singapura atau Malaysia. Hal-hal tersebut merupakan tantangan bagi inveslor Indonesia.

Opportunity (Peluang)

Perkembangan dalam seklor perdagangan makin membuka peluang bagi kemajuan bidang lain mengingat sektor seperti pertambangan, perbankan, telekomunikasi, energi, manufaktur, pertanian, perdagangan dan pariwisata, memang masih terbuka untuk penanaman modal.
Terdapat sejumlah perusahaan Indonesia di Myanmar yang umumnya bergerak di bidang usaha dan trading antara lain migas, peternakan ayam induk modern, industri pakan ternak, industri  makanan dan perdagangan umum.

Threat (Ancaman/Hambatan)

Dilihat dari situasi ekonomi nasional Myanmar dewasa ini, negara ini masih mengharapkan investasi dari berbagai negara, termasuk lndonesia. Indonesia sebenarnya dapat mengambil  peran yang lebih besar daripada keadaan yang sekarang, namun disarankan agar Myanmar memperbaiki iklim investasi bagi PMA sehingga investor Indonesia dapat berperan lebih besar dalam pembangunan ekonomi Myanmar.






REFERENSI :
Universitas Indonesia. Tesis.

Peluang Penetrasi Pasar Produk Indonesia ke Myanmar. Oleh : Keduataan Besar RI Yangon.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar