Rabu, 17 November 2010

Flu Burung

Kalau Burung Flu

          Flu burung sulit dibedakan dari penyakit lain tanpa uji laboraturium. Tapi, Perserikatan Bangsa-bangsa perpesan kepada ahli veteriner agar tidak lagi menunggu pekerjaan di laboraturium untuk tindakan pengendalian wabah virus yang satu ini. Flu burung dari virus H5NI (sangat patogenik) ternyata sulit sekali dibedakan dari penyakit tetelo dan keracunan akut, akibat tingkat kematiannya yang tinggi dan tiba-tiba. Berdasarkan gejalanya, cara kerja virus yang masa inkubasinya 2-5 hari itu juga mirip dengan kolera akut serta infeksi bakteri pada jengger dan pial.
          Pada unggas yang mati dengan sangat cepat, hanya sedikit luka yang terlihat. Biasanya hewan itu mengalami dehidrasi serta penyumbatan organ-organ dalam dan otot. Pada unggas yang tidak mati secara cepat, inilah yang diantaranya terjadi : pendarahan di seluruh tubuh, khususnya di pangkal tenggorokan, trakea, dan sekitar hati, serta keluarnya cairan di bawah kulit yang sangat banyak, khususnya di sekitar kepala dan lutut kaki.
          Berikut ini beberapa petunjuk tanda-tanda klinis dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB apabila flu burung benar-benar hadir. Itu pun yang terlihat.
  • Unggas menunjukkan kondisi yang lemah dan jalannya sempoyongan. Unggas yang sakit seringkali duduk atau berdiri dalam keadaan setengah tidur atau mengantuk dengan kepala menyentuh tanah.
  • Beberapa hewan, khususnya unggas yang masih muda, memperlihatkan tanda-tanda sakit pada saraf.
  • Pada ayam betina yang mulai bertelur, cangkang telurnya tipis dan kemudian ayam itu segera berhenti bertelur.
  • Jengger dan pial berwarna merah kehitaman sampai biru dan bengkak. Dapat juga disertai pendarahan yang kental di ujung-ujungnya.
  • Diare banyak dan cukup sering, serta unggas merasa haus luar biasa.
  • Napas cepat dan sulit.
  • Perdarahan bisa terjadi pada daerah kulit yang tidak ditumbuhi bulu, khususnya tulang kering pada kaki.
  • Laju kematian bervariasi, dari 50 sampai 100 persen. Sedikitnya setengah dari ternak unggas mati.
  • Pada ayam kalkun, penyakitnya mirip dengan yang menyerang ayam petelur, tapi berlangsung 2-3 hari lebih lama. Kadang-kadang kelopak mata dan hidung bengkak.
  • Pada itik dan angsa peliharaan, tanda-tanda depresi, sedikit makan, dan diare mirip dengan yang terjadi pada ayam petelur, walaupun sering dikaitkan dengan pembengkakan sinus atau rongga hidung.
  • Itik yang terinfeksi dan mengeluarkan kotoran yang mengandung virus bisa tidak menunjukkan tanda-tanda klinis atau luka.

Sumber penularan

Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.

Cara penularan

Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya

Gejala dan perawatan

Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis.
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.



             



Tidak ada komentar:

Posting Komentar