Standar
Akuntansi (IFRS) di Negara Jepang
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Munculnya IFRS tak bisa lepas dari perkembangan global,
terutama yang terjadi pada pasar modal. Perkembangan teknologi informasi (TI)
di lingkungan pasar yang terjadi begitu cepat dengan sendirinya berdampak pada
banyak aspek di pasar modal, mulai dari model dan standar pelaporan keuangan,
relativisme jarak dalam pergerakan modal, hingga ketersediaan jaringan
informasi ke seluruh dunia. Dengan kemajuan dan kecanggihan TI pasar modal
jutaan atau bahkan miliaran investasi dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar
modal di seluruh penjuru dunia. Pergerakan mereka tak bisa dihalangi teritori
negara. Perkembangan yang mengglobal seperti ini dengan sendirinya menuntut
adanya satu standar akuntansi yang dibutuhkan baik oleh pasar modal atau
lembaga yang memiliki agency problem.
Saat ini, terdapat dua kekuatan besar di bidang standar
akuntansi, yaitu US-GAAP dan IFRS yang sebelumnya dikenal sebagai International
Accounting Standard Committee (IASC). Memang, hingga saat ini IFRS belum
menjadi one global accounting standard. Namun standar ini telah digunakan oleh
lebih dari 150-an negara, termasuk Jepang, China, Kanada dan 27 negara Uni
Eropa. Sedikitnya, 85 dari negara-negara tersebut telah mewajibkan laporan
keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua perusahaan domestik atau
perusahaan yang tercatat (listed). Bagi Perusahaan yang go international atau
yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia, Russia dan beberapa negara di
Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain menerapkan IFRS.
Proses yang panjang tersebut
akhirnya menjadi apa yang disebut IFRS, yang merupakan suatu tata cara
bagaimana perusahaan menyusun laporan keuangannya berdasarkan standar yang bisa
diterima secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS, artinya negara
tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat
perusahaan (bisnis) bisa dimengerti oleh pasar dunia. Namun, beralih ke IFRS
bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi
mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan.
(Sumber: Akuntan Indonesia, edisi no 17, Juni, 2009.)
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Definisi
IFRS
IFRS (Internasional Financial
Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi
jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. IFRS merupakan standar akuntansi
internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board
(IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal
(IFAC).
Badan
Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar
Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun
standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong
penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan
dapat diperbandingkan (Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela,
puslit2.petra.ac.id)
Natawidnyana(2008),
menyatakan bahwa Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS
sebelumnya merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan
antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting Standards
Committee (IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan
melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
B.
Struktur IFRS
International Financial Reporting Standards mencakup:
- International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah tahun 2001.
- International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001.
- Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001.
- Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) – sebelum tahun 2001.
- Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement ( Kerangka Kerja persiapan dan Penyajian laporan Keuangan ).
Secara garis besar ada empat hal
pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang pertama berkaitan dengan
definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi
digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu
harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan
biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk
menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya
transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal
neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut
dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan
jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan
(Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai
laporan keuangan.
C. Standar Akuntansi Jepang
Di Jepang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
mencerminkan gabungan berbagai pengaruh domestik dan internasional. Untuk
memahami akuntansi di Jepang, seseorang harus memahami budaya, praktik usaha
dan sejarah Jepang.
Di Jepang perusahaan–perusahaan saling memiliki
ekuitas saham satu sama lain. Investasi yang saling bertautan ini menghasilkan
konglomerasi industry yang meraksasa yang disebut sebagai keiretsu. Modal usaha
keiretsu ini sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi structural yang
dilakukan Jepang untuk mengatasi stagnasi ekonomi. Pada akhir tahun 1990-an
untuk membuat kesehatan ekonomi perusahaan-perusahaan Jepang menjadi semakin
transparan dan membawa Jepang lebih dekat dengan standar internasional.
Regulasi
dan Penegakan Aturan Akuntansi
Pemerintah nasional masih memiliki pengaruh paling signifikan
terhadap akuntansi di Jepang. Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga UU :
Hukum Komersil, UU Pasar Modal dan UU Pajak Penghasilan. Hukum ini disebut sebagai
“sistem hukum segitiga”.
Berdasarkan Hukum Komersial, laporan keuangan dan
skedul pendukung bagi perusahaan berukuran kecil dan menengah harus diaudit
hanya oleh auditor wajib. Auditor wajib tidak perlu memiliki kualifikasi
professional dan dipekerjakan oleh perusahaan secara purna waktu. Audit wajib memiliki
focus utama pada tindakan–tindakan manajemen yang diambil oleh para direktur
dan melakukan tugasnya sesuai dengan aturan hukum.
Penetapan standar akuntansi di Jepang terjadi pada
tahun 2001 dengan pembentukan Badan Standar Akuntansi Jepang dan lembaga
pengawas yang terkait dengannya yang dikenal dengan Lembaga Standar Akuntansi
Keuangan. Sebagai organisasi sektor swasta yang independen ASJB diharapkan agar
menjadi lebih kuat dan lebih transparan dan tidak terpengaruh oleh tekanan
politik dan bertujuan khusus. ASJB juga bekerja sama dengan IASB dalam
mengembangkan IFRS.
Pelaporan
Keuangan
Perusahaan yang didirikan menurut Hukum Komersial
diwajibkan untuk menyusun laporan wajib yang harus mendapat persetujuan dalam
rapat tahunan pemegang saham, yang berisi hal–hal berikut :
·
Neraca
·
Laporan
Laba Rugi
·
Laporan
Usaha
·
Proposal
atas Penentuan Penggunaan (apropriasi) Laba Ditahan
·
Skedul
Pendukung
Pengukuran
Akuntansi
Hukum Komersial mewajibkan perusahaan–perusahaan
besar untuk menyusun laporan konsolidasi.
- Akun perusahaan secara terpisah merupakan dasar bagi laporan konsolidasi dan umumnya prinsip akuntansi yang sama digunakan untuk keduanya.
- Anak perusahaan dikonsolidasikan jika induk perusahaan secara langsung dan tidak langsung mengendalikan kebijakan keuangan dan operasionalnya.
- Goodwill diukur menurut dasar nilai wajar aktiva bersih yang diakuisisi dan diamortisasi selama maksimum 20 tahun.
- Metode ekuitas digunakan untuk investasi pada perusahaan afiliasi ketika induk dan anak perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan keuangan dan operasionalnya.
- Persediaan dinilai sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya atau pasar, namun biaya yang paling banyak digunakan.
- Biaya penelitian dan pengembangan dibebankan pada saat terjadinya.
D. Berbagai Argumentasi
Tentang IFRS Di Jepang
Pendapat Pemerintah
Perusahaan Jepang menghasilkan dua satuan laporan
keuangan meturut dua hukum : Kode Perdagangan dan Hukum Pertukaran Surat-Surat
berharga. Internasional Standard lebih menyeluruh mengenai tingkat pengungkapan
yang diperlukan. Sebagai contoh:
- Kuh
Perdagangan Jepang tidak memerlukan penyingkapan suatu laporan arus kas
dan statemen bagian pemegang saham, dimana itu diperlukan untuk standard
internasional.
- Perencanaan
penyisihan laba dan laporan tambahan ( seperti surat-surat berharga,
aktiva tetap, akun modal, dan rekening cadangan) diperlukan di bawah Kuh
Dagang Jepang tetapi tidaklah diperlukan di bawah Standard Internasional.
- Di
bawah Kuh Dagang, hanya perusahaan besar diperlukan untuk menyingkapkan
laporan konsolidasi, sedangkan standard internasional memerlukan
penyingkapan laporan konsolidasi dengan mengabaikan ukuran perusahaan.
- Kuh
Dagang memerlukan penyingkapan tentang laporan keuangan satu tahun, tetapi
standard internasional memerlukan penyingkapan komparatif laporan keuangan
dari beberapa tahun.
- Catatan
tambahan terbatas di bawah Kuh Dagang tetapi itu adalah bagian penting
dalam pengungkapan dalam standard internasional.
Salah satu alasan untuk menentang pemaksaan standard
internasional, FSA negara, adalah bahwa standar internasional tidak diterima
sebagai suatu praktek bahkan di Amerika Serikat menerapkan Standar Akuntansi
Internasional untuk perusahaan domestik dan perusahaan asing yang sesuai
dan adil.
Opini dari Sektor Pribadi
Organisasi Ekonomi Federasi Jepang (yang kita kenal dengan
Keindanren di Jepang) juga mengambil sikap yang negatif dengan standarisasinya.
Dan pada tanggal 24 Juli 2003, Sir David Tweedie, Pemimpin rapat IASB yang
mengunjungi Keidanren menyatakan:
Tujuan dari IASB untuk membentuk keseragaman standar
akuntansi yang berkualitas tinggi yang digunakan di semua pasar dunia. Tapi
kenyataannya banyak orang kehilangan dasrb akuntansinya di berbagai negara di
dunia dan yang disayangkan juga kejadian di U.S serta Krisis Keuangan di Negara
Asia. Itulah yang menyebabkan IASB untuk menyeragamkan Standar Akuntansi Internasional.
Permasalahan Tahun 2005
MOF Memorandum menjelaskan permasalahan yang di duga terjadi
di Jepang ketika Uni Eropa mengambil standar baru ditahun 2005. Uni Eropa
menentukan dengan pasti yang wajib dibuat untuk perusahaan dan juga untuk umum.
Dan Perdagangan Uni Eropa (EU) menggunakan IFRS dan standar ini di persiapkan
untuk Laporan Keuangan Konsolidasi pada Januari 2005. inti dari permasalahannya
adalah kenaikan modal di Uni Eropa.
Syarat Pengungkapan Di Pasar Jepang Dengan Perbedaan Standar
Akuntansi
Karena Keunikan dari Standar Akuntansi Jepang dan IFRS
memunculkan 3 perbedaan pengungkapan yang diciptakan di pasar Jepang:
- Standar
Akuntansi dasar di Jepang
- Standar
Akuntansi Dasar dengan Negara Asing
- Standar
dari IFRS
Artikel analisis MOF termasuk dalam masalah potensial untuk
menyatakan jepang dengan Standart Akuntansi Internasional. Berbagai standar
pasar jepang yang diungkapkan dibawah ini:
Kasus Perusahaan Luar Negeri
- Langkah
perusahaan luar negeri dengan standart jepang menurut hukum yang ada di
jepang.
- Langkah
Perusahaan Luar Negeri denagn Satndart dalam negeri atau Standart tiga
negara menurut hokum yang ada dijepang.
- Gambaran
tentang perusahaan Luar Negeri yang menggunakan IFRS
IFRS tidak menemukan definisi lain Standart dalam Negeri dan Standart tiga negara.
Dualitas Regulasi Akuntansi Di Jepang
Kode Perdagangan mengatur prosedur–prosedur akunting
korporat untuk tujuan utama menentukan secara akurat jumlah modal yang ada
untuk dividen juga posisi kreditor yang tidak akan berbahaya karena hambatan
properti korporat dari banyaknya distribusi dividen. Kode Perdagangan ini
menegakkan periode profit dan metode kalkulasi rugi dan template saldo
neracanya dipersiapkan langsung dari buku-buku akunting oleh sarana metode derivatif.
Meskipun detail regulasi mengenai akunting korporasi bisa
ditemukan dalam Kode Perdagangan, aturan Kode Perdagangan dari
Regulasi-Regulasi Mengenai Buku-Buku Perdagangan dan Kementerian Ordinansi
Kehakiman diterapkan untuk item-item yang tidak didefinisikan secara spesi
Hukum Pertukaran Sekuritas mendalilkan istilah, format dan metode-metode yang
digunakan untuk persiapan saldo neraca, pernyataan profit dan rugi dan dokumen
–dokumen lain yang berhubungan dengan kalkulasi finansial. Item-item ini dikirimkan
menurut penggunaan yang wajar dan masuk akal termin, format dan metode
persiapan yang ditentukan dalam Ordinansi MOF.
Dari sudut pandang yang lebih praktis, dokumen–dokumen
kalkulasi finansial menyediakan informasi penting berkaitan dengan evaluasi–evaluasi
sekuritas yang bisa dinegosiasikan dan perusahaan yang menerbitkan saat itu
membagikan penempatan ataupenawaran perdana saham. Ordinansi ini mendukung
pembuatan investigasi administratif lebih lancar dan semakin cepat. Ordinansi
meningkatkan kewajaran transaksi dengan menyediakan representasi lebih akurat
sementara memudahkan mereka untuk ditangani dalam cara lebih halus melalui
format rasional yang melancarkan analisis-analisis lebih cepatu penawaran
perdana saham.
Hukum Pertukaran Sekuritas ini diperkenalkan setelah Perang
Dunia II dan ditujukan untuk mengkopi hukum yang sama ditetapkan pada 1933 dan
1934 di Amerika Serikat. Asumsi dasar dari otoritas pekerjaan dalam menyarankan
legislasi korporat baru dan sekuritas-sekuritas bekerja baik di Amerika Serikat
namun juga bekerja di Jepang.
Isu Legenda
Catatan penting untuk adopsi Standar-Standar Akunting
Internasional di Jepang adalah beberapa pernyataan finansial diharuskan
memasukkan sebuah legenda yang diminta oleh Amerika Serikat. Seseorang bisa
menunjukkan masalah lain dengan praktik-praktik akunting Jepang. Pada Agustus
1995 laporan tahunan Dana Moneter Internasional, administrasi kebijakan Jepang
dituduh gagal untuk menggunakan ukuran efektif untuk memperbaharui kelambatan
sistem perbankan, lebih jauh dikatakan “menunggu tidak akan memulihkan
kerugian, namun malah menambahnya” dan IMF meminta Jepang mengambil tindakan
cepat untuk mengkoreksi masalah-masalah bank ini. Laporan ini juga menyatakan
bahwa : (1) mekanisme pasar yang sekiranya membantu depositor dan investor
untuk menyeleksi bank-bank yang tidak bekerja karena penyingkapan yang tidak
memadai dari pengoperasian informasi bank-bank; dan (2) penting bagi pemegang
saham untuk menuntut kesempurnaan aturan yang lebih jelas ringkas menentukan
bagaimana dana-dana ini perlu diamankan untuk membersihkan hutang yang
menimbulkan masalah bank, termasuk reksadana.
Berbagai masalah yang timbul di Jepang dari perusahaan
domestik dan internasional karena sistem akuntansi di Jepang berbedadari
standar internasional. Bahkan ’penjualan’, standar akuntansi di Jepang tidak
jelas dan proses penjelasan secara spesifik kebiasaan industri. Ditengah-tengah
ekspansi dari pasar modal yang melintasi batas nasional, hak isolasi pasar
Jepang dari negara asing untuk melanjutkan masalah standar akuntansi yang
bersifat merugikan semua investor dan kerja sama di dunia, sebagai perampasan
investor dunia dari pilihan yang berharga dan pilihan menambah simpanan
terbatas untuk kerja sama.
Keunggulan dan kelemahan perusahaan Jepang yang mengadopsi
standar akuntansi internasional
Di dalam negeri, perusahaan Jepang terbebani dengan
kebutuhan untuk menyiapkan dua macam laporan keuangan untuk menyesuaikan
persyaratan legal antara commercial code dan hukum pertukaran sekuritas. Dengan
mengadopsi standar internasional mereka akan terbebas dari beban tersebut.
Bagaimanapun, metode akuntansi di Jepang sangat unik,
perusahaan di Jepang mencoba menerima keuangan internasional yang diminta untuk
memperlihatkan informasi performanyaberdasarkan standar negara asing, atau
memperlihatkan metodologinya untuk menyesuaikan perbedaan standarnya. Ini akan
menjadi rintangan yang besar untuk perusahaan di Jepang karena mereka akan
sulit mengefisiensi biaya tambahan di pasar luar negeri.
Sebagai tambahan, pelaporan keuangan perusahaan cabang luar
negeri, dipersiapkan berdasarkan standar negara asing yang akan dikonsolidasi
dengan pelaporan keuangan perusahaan induk yang berdasarkan standar di Jepang.
Ini merupakan perwujudan pasti untuk melawan tujuan internasional untuk
menyeragamkan standar akuntansi.
Keunggulan bagi perusahaan asing yang bermaksud untuk
menambah simpanan di Jepang
Perusahaan asing yang membolehkan mengajukan pelaporan
keuangan dimana dipersiapkan berdasarkan ”home country standard” atau “third
country standard” ke MOF. Bagaimanapun FSA menilai pelaporan tersebut untuk
menilai jika dokumen menghindar dari resiko kompromi perlindungan investor
domestik Jepang. Proses ini, tentu saja, menempatkan beban berat dalam kerja
sama asing. Sebagai data, perusahaan asing mungkin mencoba menambah simpanan di
pasar lain selain Jepang. Dengan memakai standar internasional dapat mengurangi
masalah dan seharusnya menyelidiki lebih lanjut dengan tujuan yang ada dalam
pikiran.
Keunggulan bagi perusahaan asing yang melakukan bisnis di
Jepang
Pelaporan keuangan membutuhkan pengajuan ke MOF oleh
perusahaan asing yang melakukan bisnis di Jepang sekarang ini membutuhkan
persiapan berdasarkan prinsip akuntansi Jepang. Ini menempatkan beban berat
pada kerja sama internasional. Perusahaan tersebut juga harus mempersiapkan
dokumen keuangan berdasarkan standar untuk pelaporan kuarter utama mereka di
negara asing.
Pertimbangan untuk masalah ini, mengganti standar akuntansi
Jepang ke standar internasional adalah solusi yang ideal. Bagaimanapun, standar
akuntansi Jepang tidak diciptakan semalaman, tetapi dari cerita masa lalu yang
panjang dan melibatkan berbagai macam regulasi. Itu merupakan faktor lain,
tergantung dari kultur dan pengertian tentang nilai, itu dapat mencegah
konversi lain dari proses efisiensi. Standar yang akan diadopsi dari standar
akuntansi internasional, tinjauan tentang hubungan hukum lain, seperti hukum
komersial, hukum pergantian sekuritas, dan hukum pajak, yang dibutuhkan.
Konsekuensinya, pengadopsian yang cepat tentang standar
akuntansi internasional kurang terpikirkan, kesempatan itu akan berpindah
secara perlahan. Ini juga masalah yang harus dipertimbangkan dan di pecahkan di
semua proses dari internasionalisasi total di dalam perekonomian di Jepang.
4EB02
Kelompok 4 :
Catur Retno R.J (21210528)
Laila Maharani (23210951)
Noviyanti (25210088)
Sri Astuti Puspita Rini (26210664)
Yuyun Fitriyani (28210809)
REFERENSI :
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus